Postingan

Overthinking

Di akhir pekan kemarin saya membuka media sosial, lalu sampailah saya pada sebuah kuis iseng yang diajukan salah satu akun yang saya ikuti, katanya, pagi ginih lagi apa, sarapan, olahraga atau lagi sibuk overthinking?... Saya berfikir setelah membacanya, bahkan untuk overthinking pun kita sengaja meluangkan waktu layaknya aktivitas sarapan untuk mengisi perut atau olahraga untuk kesehatan. Tapi kalau kita renungkan lagi, nyatanya memang overthinking adalah hal yang dialami oleh banyak orang, entah itu overthinking terhadap mantan, overthinking terhadap gebetan, overthinking terhadap tetangga, overthinking terhadap saudara, atau overthinking terhadap teman. Contohnya overthinking terhadap teman. Apakah akan berbeda dengan overthinking lainnya, nyatanya sama saja. Sama-sama over. Tidak diajak nongkrong overthinking, diajak nongkrong overthinking takut kalau dianggap satu kubu. Overthinking yang mungkin juga terjadi adalah dalam teman politik. Satu partai tidak diajak kumpul

Bentuk Tanggungjawab

Pertambahan usia adalah evaluasi diri sendiri, begitulah yang biasanya dirasakan seseorang terhadap oranglain disekitarnya. Mama saya merasakan itu. Di usianya yang sudah 70 tahun, setiap berkomunikasi akan selalu ada kalimat dari mama yang menyampaikan bahwa mama meminta maaf karena tidak banyak berjuang untuk kami, hanya sebatas itu saja usaha mama, dan meminta maaf karena dulu di tengah letih mama pernah berteriak memarahi padahal anak-anak mama menurut dan patuh. Saya setiap di sampaikan kalimat itu, selalu menjawab bahwa usaha mama sangat maksimal karena mama yang terbiasa berpunya dan hidup enak lalu menikah dan di tengah perantauan harus berjuang untuk sekolah bahkan untuk makan, itu adalah hal yang luar biasa. Mama yang berfikir bahwa sekolah sangat penting sehingga memaksa diri menyekolahkan anak-anaknya dengan usaha apapun meminjam kesana kemari, sehingga beban tenaga dan pikiran yang kadang membuat mama tertekan dan ada di saat-saat mama memarahi anaknya dan hal itu menjadi

Revolusi Memakan Anaknya Sendiri

Kalimat tersebut entah mulai kapan dipopulerkan dan entah siapa yang mengucapkannya, tapi hingga hari ini kalimat tersebut tetap menjadi sebuah kenyataan yang terus berulang. Para pemula atau orang yang sedari awal adalah pencetus ide, penggerak paling depan, penyampai suara paling keras, nyatanya ditelan oleh revolusi yang ia atau mereka gaungkan sendiri. Ditelan dengan berbagai cara, mulai dari yang paling mudah atau halus lalu menyingkir dengan sendirinya sampai dengan cara keras yang melibatkan banyak orang, yang belum tentu paham keadaan yang terjadi, untuk menjatuhkan bahkan menyelesaikan atau mengakhiri hidup para revolusioner tersebut. Yang tidak jarang kisahnya berakhir dengan hina. Fenomena yang terjadi biasanya adalah teman seiring (dibaca: lawan politik) yang sedari awal hanya mengekor menunggu momen untuk menjatuhkan para revolusioner, dengan membangkitkan perselisihan-perselisihan yang telah lama dilupakan yang biasanya memuaskan beberapa kebutuhan yang tak-sadar, sebuah

Valentine dan Feodalisme

Sejarah Hari Valentine Hari Valentine ( Valentine's Day ) atau disebut juga hari kasih sayang, dirayakan tiap tanggal 14 Februari. Penetapan tanggal tersebut berasal dari Hari Pesta (perayaan Liturgi dalam Gereja Katolik) penganut agama Kristen yang menghormati satu atau dua martir agama Kristen bernama Santo Valentinus dan, melalui tradisi rakyat, menjadi perayaan percintaan yang signifikan dalam budaya, agama, dan komersil di banyak bagian dunia. Ada beberapa kisah martirdom (kesyahidan dalam Islam) yang diasosiasikan dengan berbagai Santo Valentinus yang terkait dengan 14 Februari, termasuk catatan pemenjaraan Santo Valentinus di Roma karena melayani orang Kristen yang ditindas oleh Kerajaan Romawi pada abad ke-3. Menurut tradisi kuno, Santo Valentinus mengembalikan penglihatan anak perempuan dari pemenjaranya. Penambahan-penambahan ke legendanya lebih mengaitkannya ke tema percintaan: pembubuhan legenda pada abad ke-18 mengklaim bahwa dia menulis surat ke anak perempuan pemenja

Berlapangdada

Sebelumnya, selama ini, saya selalu membatasi pikiran saya dalam menerima ilmu. Meski rajin melanglang jalan, menuntut ilmu dari satu kajian ke kajian lain, ilmu ternyata tak bertambah. Karena apa? Karena saya selalu menempatkan saringan dalam kepala saya. Ilmu ini harus disaring. Orang ini harus disaring. Tempat ini harus disaring. Buku ini harus disaring. Lingkungan ini harus disaring. Pertemanan ini harus disaring. Grup ini harus disaring. Semua harus disaring. Saya tidak habis fikir, kenapa ketika seorang teman pernah berkata, ketika kita akan keluar menghadapi orang, bacalah doa رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي  Kemana saja saya selama ini. Bukankah saya sudah lama mengetahui ilmu itu, kenapa tidak masuk ke kepala saya. Lalu saya tersadar, ternyata ketidaklapangan dada saya membuat saya membatasi pikiran saya dan menutup hati saya. Ketidaklapangan dada saya membuat saya menyaring segalanya. Dengan saringan yang tidak jelas bentuknya, ketakutankah, kesombongankah, atau mungkin juga kedeng

Hari Pahlawan

 Hari Pahlawan atau Peristiwa 10 November 1945  bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri dalam satu hari. Dimulai dengan maklumat untuk mengibarkan bendera sang saka merah putih di seluruh wilayah tanah air Indonesia sejak tanggal 1 September1945. Dan pengibaran bendera merah putih biru di Hotel Yamato oleh sekelompok orang Belanda yang membuat pemuda Surabaya marah merupakan salah satu titik total tercatatnya hari pahlawan ini. Juga dengan terbunuhnya jenderal Mallaby di jembatan merah tanggal 30 Oktober 1945 yang membuat pihak Inggris marah. Yang menjadi hero pada peristiwa 10 November ini adalah para kyai dan ulama yang meneriakan jihad dan kalimat takbir untuk melawann pasukan Inggris, karena pada saat itu ulama lebih di dengar daripada pemerintah. Selamat hari pahlawan untuk para syuhada Surabaya dan Indonesia. Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2014. 

Mari Tetap Tinggi Berdiri dengan Agung

Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; Pahlawan adalah pejuang yang gagah berani; Sedangkan kepahlawanan adalah perihal sifat  pahlawan, seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan  berkorban, dan kekesatriaan. Di Hari Pahlawan ini kita tentunya penuh rasa syukur, karena para pahlawan Indonesia terdahulu memiliki jiwa yang berani, rela berkorban, memiliki jiwa kekesatriaan, dan perkasa, sehingga kita bisa menikmati hari ini dengan sukacita. Di Hari Pahlawan ini kita tentunya penuh rasa syukur, karena pahlawanlah yang menjadikan kita hari ini bisa berdiri sama tinggi dengan oranglain. Dan kita seharusnya memang tidak menjadikan diri kita lebih rendah dari oranglain. Kita harusnya mampu meyakinkan diri bahwa kita memang bisa berdiri sama tinggi dengan oranglain. Di Hari Pahlawan ini kita tentunya penuh rasa syukur, karena para pahlawanlah yang menjadikan kita hari ini tak perlu merendahkan kepala di kaki para penjajah. Dan kita seh